Jumat, 25 September 2009

Cinta Bersemi di Pelaminan

Lupakan! Lupakan cinta jiwa yang tidak akan sampai di pelaminan. Tidak ada cinta jiwa tanpa sentuhan fisik. Semua cinta dari jenis yang tidak berujung dengan penyatuan fisik hanya akan mewariskan penderitaan bagi jiwa. Misalnya yang dialami Nasr bin Hajjaj di masa Umar bin Khattab.

Ia pemuda paling ganteng yang ada di Madinah. Shalih dan kalem. Secara diam-diam gadis-gadis Madinah mengidolakannya. Sampai suatu saat Umar mendengar seorang perempuan menyebut namanya dalam bait-bait puisi yang dilantunkan di malam hari. Umar pun mencari Nasr. Begitu melihatnya, Umar terpana dan mengatakan, ketampanannya telah menjadi fitnah bagi gadis-gadis Madinah. Akhirnya Umar pun memutuskan untuk mengirimnya ke Basra.

Disini ia bermukim pada sebuah keluarga yang hidup bahagia. Celakanya, Nasr justru cinta pada istri tuan rumah. Wanita itu juga membalas cintanya. Suatu saat mereka duduk bertiga bersama sang suami. Nasr menulis sesuatu dengan tangannya di atas tanah yang lalu dijawab oleh seorang istri. Karena buta huruf, suami yang sudah curiga itu pun memanggil sahabatnya untuk membaca tulisan itu. Hasilnya: aku cinta padamu! Nasr tentu saja malu kerena ketahuan. Akhirnya ia meninggalkan keluarga itu dan hidup sendiri. Tapi cintanya tak hilang. Dia menderita karenanya. Sampai ia jatuh sakit dan badannya kurus kering. Suami perempuan itu pun kasihan dan menyuruh istrinya untuk mengobati Nasr. Betapa gembiranya Nasr ketika perempuan itu datang. Tapi cinta tak mungkin tersambung ke pelaminan. Mereka tidak melakukan dosa, memang. Tapi mereka menderita. Dan Nasr meninggal setelah itu.

Itu derita panjang dari sebuah cinta yang tumbuh dilahan yang salah. Tragis memang. Tapi ia tak kuasa menahan cintanya. Dan ia membayarnya dengan penderitaan hingga akhir hayat. Pastilah cinta yang begitu akan menjadi penyakit. Sebab cinta yang ini justru menemukan kekuatannya dengan sentuhan fisik. Makin intens sentuhan fisiknya, makin kuat dua jiwa saling tersambung. Maka ketika sentuhan fisik jadi mustahil, cinta yang ini hanya akan berkembang jadi penyakit.

Itu sebabnya Islam memudahkan seluruh jalan menuju pelaminan. Semua ditata sesederhana mungkin. Mulai dari proses perkenalan, pelamaran, hingga, hingga mahar dan pesta pernikahan. Jangan ada tradisi yang menghalangi cinta dari jenis yang ini untuk sampai ke pelaminan. Tapi mungkin halangannya bukan tradisi. Juga mungkin tidak selalu sama dengan kasus Nasr. Kadang-kadang misalnya, karena cinta tertolak atau tidak cukup memiliki alasan yang kuat untuk dilanjutkan dalam sebuah hubungan jangka panjang yang kokoh.

Apapun situasinya, begitu peluang menuju pelaminan tertutup, semua cinta yang ini harus diakhiri. Hanya di sana cinta yang ini absah untuk tumbuh bersemi: di singgasana pelaminan.

Oleh Ust Anis Matta.

Minggu, 20 September 2009

Mengapa Wanita Mudah Menangis ??


Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya pada ibunya. "Ibu, mengapa Ibu menangis?". Ibunya menjawab, "Sebab aku wanita".

"Aku tak mengerti" kata si anak lagi. Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat. "Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti....". Kemudian anak itu bertanya pada ayahnya. "Ayah, mengapa Ibu menangis?, Ibu menangis tanpa sebab yang jelas". Sang ayah menjawab, "Semua wanita memang sering menangis tanpa alasan". Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya.

Sampai kemudian si anak itu tumbuh menjadi remaja, ia tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis. Hingga pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan, "Ya Allah, mengapa wanita mudah sekali menangis?"

Dalam mimpinya ia merasa seolah Tuhan menjawab, "Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama. Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur. Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan dan mengeluarkan bayi dari rahimnya, walau kerap berulangkali ia menerima cerca dari anaknya itu.

Kuberikan keperkasaan yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah saat semua orang sudah putus asa. Kepada wanita, Kuberikan kesabaran untuk merawat keluarganya walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah.

Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang untuk mencintai semua anaknya dalam kondisi dan situasi apapun. Walau acapkali anak-anaknya itu melukai perasaan dan hatinya. Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang mengantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya.

Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya melalui masa-masa sulit dan menjadi pelindung baginya. Sebab bukannya tulang rusuk yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak terkoyak. Kuberikan kepadanya kebijaksanaan dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyadarkan bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya.

Walau seringkali pula kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami agar tetap berdiri sejajar, saling melengkapi dan saling menyayangi.

Dan akhirnya Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkan perasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapanpun ia inginkan.

Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya air mata ini adalah air mata kehidupan

Sabtu, 12 September 2009

Menata Hati

Demi Allah.. Dzat Yang Maha Menguasai Hati. Mungkin tidak cukup dalam setahun ini untuk menata hati. Ya, kita mengetahui bahwa hati ini selalu dibawa kemana pun kita pergi. Sadar atau tidak, ternyata hati inilah yang mengajak kita untuk berpikir lebih bijaksana. Atas segenap urusan yang merintangi perjalanan da’wah kita. Atas segenap cobaan yang memaksa kita untuk berhenti. Namun kesemuanya itu tuntas dengan kesucian hati. Bersyukurlah bahwa kita masih bisa menghadirkan suasana hati terbaik di setiap syuro yang kita lewati. Semoga Nashrullah yang senantiasa menyapa pemikiran-pemikiran kita merupakan buah dari kebeningan hati kita. Semoga berkah dari setiap agenda-agenda da’wah yang kita jalani adalah karena hati ini telah tertunaikan haknya, karena kita senantiasa berusaha untuk menjaga fitrahnya.

Sadarilah.. Pertolongan Allah itu membahagiakan dan ujian hidup yang kita lalui selalu menuai kesedihan demi kesedihan. Itulah dua keniscayaan yang akan datang silih berganti mendatangi bilik-bilik hati kita. Namun tidak bagi seorang mu’min yang teguh hatinya. Ia tetap bersahaja ketika kuntum bunga kebahagiaan itu datang, namun ia juga menggenapkan kesabarannya saat ujian demi ujian menghampirinya. Cukuplah kisah terdahulu menjadi pelajaran-pelajaran berharga yang semoga kecelakaan-kecelakan zaman tidak lagi terjadi di masa ini. Tentang suatu kaum yang menderita karena telah hadir cobaan dari Allah swt yang begitu dahsyatnya. Tentang suatu kaum yang berputus asa terhadap wabah kemiskinan dan kesengsaraan pada suatu masa, sehingga mereka lalai dan mencari pengharapan ke berhala-berhala yang sudah jelas kesesatannya. Tentang suatu kaum yang menunda-nunda memeluk agama ini, yang pada akhirnya peringatan demi peringatan Allah swt jatuhkan kepada kaum tersebut. Begitu menyedihkan.

Saudaraku.. Kejadian umat terdahulu adalah kisah nyata yang ibrohnya akan menasehati dan membersihkan hati kita. Adakah kita ingin mengulang kejadian demi kejadian seperti yang terjadi belasan bahkan puluhan abad yang lalu? Cukuplah itu semua terangkum dalam kitab yang sempurna, yang semoga setiap ayat di dalamnya menjadi peneguh hati kita, dimana siyasatud da’wah yang diajarkannya menjadi rujukan dalam menggencarkan strategi demi strategi, dimana di setiap bait Kalam-Nya yang indah itu kita bisa menemukan kesejukan demi kesejukan. Dengan kalimat-kalimat-Nya yang terbaik itu, mari sucikan hati kita wahai saudaraku. Tidak pantas bagi kita untuk menunaikan suatu perkara yang suci apabila hati ini masih terkotori oleh penyakit-penyakit hati. Tidakkah kita ingin agar Allah swt ridho terhadap sekecil apapun amal yang kita kerjakan? Atau yakinkah bahwa apa yang kita kerjakan selama ini penuh berkah Allah swt? Semoga sampai hari ini amal-amal tersebut mengalir penuh keikhlasan, tiada mengharap apapun kecuali ridho Allah swt semata. Karena keikhlasan adalah kepasrahan diri kepada-Nya yang akan menjadikan hati ini suci. Dan karena kesucian hati membawa keberkahan..

Akhirnya.. Tiada pengharapan lain kecuali keberkahan yang mendatangkan hikmah dan dikumpulkannya setiap jiwa bersama umat yang terjaga keshalihannya. Semoga lantunan do’a yang pernah dituturkan oleh Nabi Ibrahim as menjadi muara pengharapan kita:

Rabbi hablii hukmawwalhiqnii bishshoolihiin.. Ya Tuhan-ku, berikanlah kepadaku hikmah, dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang shalih.. (QS Asy-Syu’ara:83)

WANITA


Wanita.......

andai engkau seorang remaja, jadilah anak yg solehah bt kedua ibu bapakmu, andai engkau sudah bersuami, jadilah isteri yang meringankan beban suamimu, andai engkau seorang ibu, didiklah anakmu sehingga dia tidak gentar memperjuangkan Agama ALLAH..

Wanita....

andai engkau belum berkahwin, janganlah kau risau jodohmu, ingatlah janji Allah Azza Wajalla Tuhan sekalian alam bahwa wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik. Jangan memulai sebuah pertemuan dengan lelaki yang bukan muhrimmu, kerana aku khawatir dari mata jatuh ke hati, maka lahirnya senyuman maka tercetusnya salam sekaligus disusuli dengan pertemuan, takut lahirnya nafsu kejahatan yang menguasai diri...

Wanita.......

lelaki yang baik tidak melihat pada paras rupamu, lelaki yang baik tidak memilih wanita melalui keayuannya, lelaki yang baik, tidak menilai wanita melalui kemanjaannya serta kemampuannya mengoncang iman lelaki, tetapi, lelaki yang baik akan menilai wanita melalui akhlaknya, peribadinya, dan yang paling penting pegangan Agamanya. Lelaki yang baik juga tidak menginginkan pertemuan dengan wanita yang bukan muhrimnya, kerana dia takut memberi kesempatan kepada syaitan untuk mengodanya, lelaki yang baik juga, tidak mahu bermain cinta kerana dia tahu apayang halal dalam sebuah pertemuan lelaki dan wanita, yakni sebuah Ikatan pernikahan yang diridhoi Allah Azza Wajalla.
Oleh karena itu Wanita.......

jagalah pandanganmu, awasilah auratmu, peliharalah akhlakmu, kuatkan pendirianmu. Andai ditakdirkan tiada cinta dari pada laki2 beriman untukmu, cukuplah hanya cinta ALLAH, yang memenuhi dan menyinari kekosongan jiwamu, biarlah hanya cinta daripada kedua ibu bapamu yang memberi kehangatan kebahagiaan buat dirimu, cukuplah sekadar cinta kakak beradik, serta keluarga yang membahagiakan dirimu.

Wanita........

cintailah ALLAH dikala susah dan senang kerana kau akan memperolehi cinta daripada insan yang juga menyintai ALLAH. Cintailah kedua ibu bapamu kerana kau akan perolehi Keridhoan ALLAH, cintailah keluargamu kerana kau tidak akan menjumpa cinta yang bahagia selain dari pada cinta keluarga. Janganlah sesekali tanganmu mengoncangkan dunia, juga mengoncangkan iman lelaki.. TUNDUKKAN PANDANGANMU…


disadur dari
diskusi onboard
Kembali ke Jaga Kesucianmu ya Akhi wa Ukhti

Ketika Aku Takut Jatuh Cinta

"Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka janganlah kamu meminta-minta agar disegerakan (datang)nya. Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari apa yang mereka persekutukan." (QS. 16 : 1).

Hari-Hari terakhir jadi terasa sedikit berat. Beberapa hal yang harus dikerjakan secara bersamaan datang tak terbendung. Masih sibuk di depan komputer, aku mencoba untuk menguatkan hati lewat nasyid-nasyid yang kuputar lewat media player di layar monitor yang masih setia menemaniku. Tapi kemudian aku tertegun sejenak, karena terdengar sebuah lagu yang begitu menggetarkan hatiku.

Di kedalaman hatiku tersembunyi harapan yang suci
Tak perlu engkau menyangsikan
Lewat keshalihanmu yang terukir menghiasi dirimu
Tak perlu dengan kata-kata
Sungguh walau kukelu tuk mengungkapkan perasaanku
Namun penantianmu pada diriku jangan salahkan
Kalau memang kau pilihkan aku
Tunggu sampai aku datang nanti
Kubawa kau pergi kesyurga abadi
Kini belumlah saatnya aku membalas cintamu
Nantikanku di batas waktu
Teringat bahwa aku begitu lemah dan tak tahu arah. Lamunanku kembali terbangun dalam kenangan-kenangan dengan orang yang beberapa bulan terakhir ini menghiasi fikirku. Seseorang yang terlihat begitu sempurna di hatiku, meski tak pernah sekalipun aku melihat dirinya dalam dunia nyata.
Datangnya begitu tiba-tiba dan tak pernah kuduga. Dia datang dalam hari-hariku sebagai teman dunia maya. Hingga akhirnya kini dia menghilang, pergi seiring dengan berjalannya waktu.
Sebuah perkenalan yang diawali dengan niatan yang baik. Aku ingin menjadi sahabatnya, karena bagiku sebuah ikatan persaudaraan teramatlah penting. Tapi hatiku terlalu rapuh dan lemah, tak kuasa aku menjaga segumpal darah di dalam tubuh yang hina ini. Aku mulai merasakan ada sesuatu yang berbeda, rasa yang mungkin juga pernah hadir dalam hatiku.
Malam-malamku kubangun dalam sujud yang kupenuhi dengan tangis. Ketakutanku akan hadirnya rasa itu begitu dalam. Aku mencoba menyerahkan segalanya padaNya yang menguasai setiap hati manusia. Aku meminta padaNya yang telah begitu menyayangiku yang begitu hina ini, kuminta agar hati ini dikuatkan dan agar hati ini tak lagi terjebak pada rasa yang semu. Karena aku takut rasa itu akan menjauhkanku dariNya.
Aku mencoba tabah, berbagai hal kulakukan demi menenangkan hati ini. Kubuka musyafku, kubaca surah Ar-Rahman yang begitu indah dan menjadi pengobat lukaku selama ini. Tapi kemudian aku kembali teringat kepadanya yang tak pernah kutahu siapa. Tak kuasa menahan air mata, kembali aku berpasrah padaNya karena aku benar-benar takut.
Dia benar-benar sososk yang sempurna di hatiku. Masih terbayang jelas bahwa dia selalu hadir dalam setiap masalah yang kuhadapi. Dia begitu sempurna bukan karena fisik ataupun kekayaannya. Tapi dia begitu terlihat sempurna karena dia selalu mencoba mendekatkan hatinya pada Rabb-nya. Orang yang semakin jarang kutemui dalam kehidupan yang ada di sekitarku.
Tapi aku kembali pada diriku. Aku terlalu lemah untuknya, terlalu hina jika disandingkan dengannya, karena aku bukanlah bidadari syurga, yang selalu sempurna dalam setiap hal. Aku tak seindah mereka yang selalu dapat menjaga agama dalam setiap hela nafas.
Dan aku takut jatuh cinta.
Kemudian dia mulai pergi seiring berjalannya waktu. Aku mencoba untuk tabah dan ikhlas dalam menjalani ini semua, karena kutahu, Allah tidak akan menguji diri ini melebihi batas kemampuanku. Dan kutahu, Dia akan memberi yang terbaik untukku.
Aku kembali tersadar dari lamunan. Segera aku beristighfar, kemudian kulirik penunjuk waktu yang terdapat di pojokan monitor. Pukul dua dini hari, saatnya aku untuk mengistirahatkan diri. Tapi rasa hati ini menginginkan untuk berjumpa denganNya karena aku begitu merindukannNya. Dan, malam ini pun aku kembali larut dalam tangis ketakutanku, karena aku takut jatuh cinta.


Oleh S. Nurul Adhimiyati
kotasantri.com

"Dari Akhwat Untuk Ikhwan"


Aku ingin bicara atas nama Wanita, terlebih Akhwat (kalau boleh sih).Apa beda?,silahkan antum memaknainya..
Tolong untuk para Ikhwan (atau yg merasa sebagai Muslim) :
Wanita adalah makhluk yang sempit akal dan mudah terbawa emosi. Terlepas bahwa aku tidak suka pernyataan tersebut, but itu fakta. Sangat mudah membuat wanita bermimpi. Tolong, berhentilah memberi angan-angan kepada kami. Mungkin kami akan melengos kalau disapa. Atau membuang muka kalau dipuji. But, jujur saja, ada perasaan bangga. Bukan suka pada antum (mungkin) but suka karena diperhatikan "lebih". Diantara kami, ada golongan Maryam yang pandai menjaga diri. Tetapi tidak semua kami mempunyai hati suci. Jangan antum tawarkan sebuah ikatan bernama Ta'aruf bila antum benar-benar belum siap akan konsekuensinya. Sebuah ikatan ilegal yang bisa jadi berumur tak cuma dalam hitungan bulan tetapi menginjak usia tahun, tanpa kepastian kapan akan dilegalkan. Tolong, pahami arti Cinta seperti pemahaman Umar Al Faruq. Bukan mengajak kami ke bibir neraka. Dengan SMS-SMS mesra, telepon sayang, hadiah-hadiah ungkapan cinta dan kunjungan pemantapan yang dibungkus sebuah label : Ta'aruf. Tolong, kami hanya ingin menjaga diri. Menjaga amal kami tetap tertuju pada-Nya. Karena janji Allah itu pasti. "Wanita baik hanya Diperuntukkan Laki-laki baik". Jangan ajak mata kami berzina dengan memandangmu. Jangan ajak telinga kami berzina dengan mendengar pujianmu. Jangan ajak tangan kami berzina dengan menerima hadiah kasih sayangmu. Jangan ajak kaki kami berzina dengan mendatangimu. Jangan ajak hati kami berzina dengan berkhalwat denganmu. Ada beda... Persahabatan sebagai saudara, dengan hati yang sudah terjangkiti virus... Beda itu bernama "Rasa" dan "Pemaknaan". Bukan, bukan seperti itu yang dicontohkan Rasulullah. Antum memang bukan Mush'ab. Antum juga tak sekualitas Yusuf As. Tetapi Antum bukan Arjuna dan tak perlu berlagak seperti Casanova. Karena Islam sudah punya jalan keluar yang indah : Segeralah Menikah atau Jauhi Wanita dengan Puasa. Tolong, sebelum antum memutuskan untuk mendatangi kami jawab dulu Pertanyaan ini dengan Jujur : 1. Setelah 3 bulan antum mendatangi dan menyatakan Cinta, antum masih belum siap untuk mengikrarkan dalam sebuah Pernikahan ? 2. Ataukah antum masih butuh waktu lebih lama dan meminta kami menunggu, dengan alasan yang tidak syar'i dan terlalu duniawi ? Kalau Jawabannya : "Ya !" "SELAMAT" Berarti antum lebih pantas masuk surga dibandingkan Ali bin Abi Thalib. Dia baru berani mengatakan Cinta kepada Fathimah, setelah menikah. Ali, pemuda kesayangan Rasul, tetapi menunggu waktu bertahun-tahun untuk mengatakannya. Bukan karena dia pengecut tentu saja justru karena dia adalah laki-laki kualitas Surga... Tolong, kami tidak ingin menyakiti hati calon Suami kami yang sebenarnya. Mereka berusaha untuk menjaga Hijab, agar datang kepada kami dalam kondisi suci hati, tetapi kami malah menjajakan Cinta kepada laki-laki yang belum tentu menjadi suami kami. Atau antum sekarang sudah berani menjamin bahwa antum adalah calon Suami kami sebenarnya ? Maaf, Wanita itu lemah dan mudah ditaklukkan. Sebagai Saudara kami Tolong Jaga kami. Karena kami akan Kuat menolak rayuan Preman, but bisa jadi kami Lemah dengan Surat Cinta kalian. Bukankah akan lebih indah bila kita bertemu dengan jalan yang diberkahi-Nya ? Bukankah lebih membahagiakan bila kita dipertemukan dalam kondisi diridhoi-Nya ? Bukan cuma saat Menikah, tetapi saat pertemuan yang juga bebas dari maksiat. Allah Maha Pencemburu, dan Dia Maha Memiliki kami. So,,, Mintalah kepada-Nya sebelum mendatangi kami

Share, dari Suwandi Wed 12:43am

Kamis, 02 Juli 2009

Walimah Terakhir

Walimatul ’ursy atau resepsi pernikahan sekarang ini identik dengan sepasang pengantin yang dihias ’sensual’ dengan make up tebal yang kontras, berdiri bak raja dan ratu didampingi sepasang orangtua yang selalu menebar senyum. Latar belakang tampak dekorasi indah dengan hiasan bunga-bunga, makanan yang berlimpah-ruah disertai gubug aneka menu yang mengundang selera, pager ayu dan pager bagus yang muda dan cerah ceria. Foto-foto pengantin yang dicetak besar dan memenuhi sisi-sisi gedung walimah, tamu undangan yang berdandan istimewa, kilatan cahaya kamera di sana-sini, senandung musik yg memekakan telinga dan sovenir mungil yang bisa jadi pengenang. Inilah pemandangan eksotis RAJA dan RATU sehari itu.
***
Suatu saat aku dan istri menghadiri pernikahan seseorang di pinggiran Jakarta. Ada nuansa yang menguak kembali ingatanku akan model pernikahan di penghujung tahun 80-an. Subhanallah, jarang aku menjumpai pernikahan yang seperti ini lagi. Begitu khidmat dan sederhana. Tak ada pelaminan, hanya ada hamparan karpet di sebuah Mesjid sederhana dengan sedikit hiasan bunga-bunga plastik dan beberapa hiasan kaligrafi.

Jangan berpikir tentang pakaian pengantin yang mewah dan berganti-ganti, sebab sang pengantin hanya mengenakan sebuah gamis putih yang juga sederhana. Meja prasmanan atau gubuk-gubuk makanan? Tak akan ditemukan di sana. Sebab semua makan dengan sebuah hantaran yang sama, duduk lesehan di karpet yang sama.

Tak ada yang makan sambil berdiri. Mereka merasa setara karena tak ada yang dandan ngejreng dengan kemilau perhiasan emas yang menyolok mata. Tak ada yang mubadzir, tak ada yang merasa tak dihormati, baik oleh tuan rumah atau oleh sesama tamu yang datang.

Sungguh, tak ada kemewahan di sana. Tetapi, sedikit pun tak mengurangi kebahagiaan dan senyuman yang tulus. Saat kalamullah dialunkan, terasa hening dan sesekali terdengar suara isak tangis yang tertahan. Khutbah nikahpun dibawakan bukan oleh ustadz kondang, lebih mirip seperti kultum karena dibawakan oleh orang yang dituakan di antara mereka. Sangat menyentuh tentang ketakwaan, tentang membangun rumah di surga.

Dan saat ijab qabul terucap… air mata tak bisa dibendung. Oh tidak, bukan aku saja. Semua meneteskan air mata… haru… ah… sungguh walimah yang penuh berkah.

Pernikahan adalah ibadah. Sesungguhnya Rasulullah saw pun pernah berpesan agar pernikahan itu tak hanya mengundang tamu orang kaya dan melupakan yang miskin. Sehingga, sesungguhnya pernikahan bukanlah ajang menampakkan gengsi dan pamer kesuksesan seseorang karena kemilaunya acara pernikahan yang ia selenggarakan. Bahkan ada yang menunda pernikahan lantaran belum terkumpul dana untuk menyelenggarakan pernikahan yang istimewa.

Bukankah menunda pernikahan tanpa waktu yang tegas justru akan memungkinkan datangnya fitnah?

Pernikahan juga bukan ladang bisnis bagi penyelenggaranya. Dihitung modalnya sekian dan balik modal dari sumbangan yang datang dari para undangan mestinya sekian. Terkadang sempat terpikir di benak orangtua saat menikahkan anaknya adalah saat ia mengumpulkan lagi sumbangan yang pernah ia berikan ke orangtua yang terdahulu menikahkan anaknya. Bukankah kita daiajarkan untuk senantiasa berlaku, bertindak dan berkata dengan ikhlas?

Maka, menjadikan pernikahan sederhana sebagai satu ibadah yang tidak memberatkan mestinya adalah keniscayaan. Wajar bila orang tua ingin memuliakan para tamu, wajar pula orang tua ingin menampakkan keindahan dalam setiap jejak kehidupan anaknya. Tetapi itu tak mesti membuat kita memicingkan mata ketika kita menghadiri pernikahan yang sederhana....

Beberapa tahun kemudian, kejadian itu telah terekam dalam memoriku. Tak ada lagi pernikahan sederhana setelah itu. Setidaknya yang aku saksikan hingga saat ini. Semua seolah berlomba untuk sebuah acara seumur hidup yang tak terlupakan. Hingga dahi pun berkerut-kerut menghitung anggaran biaya walimah yang menguras seluruh tabungan. Tetapi tahukah, justeru pernikahan sederhana di ataslah yang tak pernah terhapus dalam memoriku...akankah jadi ’walimah terakhir?


disadur dari fb ust Aidil Heryana